Gandhi
lahir pada 2 Oktober 1869 di Negara bagian Gujarat di India. Beberapa dari anggota keluarganya bekerja pada
pihak pemerintah. Saat remaja, Gandhi pindah ke Inggris untuk mempelajari hukum. Setelah dia menjadi pengacara, dia pergi ke Afrika Selatan, sebuah koloni Inggris, di mana dia mengalami diskriminasi
ras yang dinamakan apartheid. Dia kemudian memutuskan untuk
menjadi seorang aktivis politik agar dapat mengubah hukum-hukum yang diskriminatif
tersebut. Gandhi pun membentuk sebuah gerakan non-kekerasan.
Ia
mengawali karirnya sebagai seorang pengacara di Afrika Selatan, di mana ia
menemukan berbagai persoalan rasial untuk pertama kalinya. Suatu ketika, dalam
perjalanan di atas kereta api menuju Pretoria, Gandhi diminta meninggalkan
kursi penumpang kelas satu yang ditumpanginya meskipun ia telah membayar
tiketnya. Kondektur kereta yang berkulit putih itu dengan sinis mengatakan
bahwa selain orang kulit putih tidak diperkenankan menempati kursi kelas utama.
Tetapi Gandhi menolak dan bersikeras untuk tetap menempati kursi yang telah
dibayarnya itu. Karena penolakan ini, sang kondektur menurunkannya di sebuah
stasiun kecil.
Konon,
itulah salah satu kejadian yang kemudian membuatnya selalu berjuang untuk
keadilan. Dia selalu mencontohkan bahwa kita dapat melawan ketidak adilan tanpa
melakukan kekerasan. Semasa di Afrika Selatan-lah Gandhi mulai mengembangkan
idenya yang disebut Ahimsa atau anti-kekerasan, dan mengajarkan orang-orang
India yang hidup di sana bagaimana menerapkan Ahimsa untuk mengatasi berbagai
ketidak adilan yang mereka alami. Metode yang disebut juga sebagai perlawanan
pasif atau anti-bekerjasama dengan mereka yang melakukan ketidak-adilan. Gandhi
yakin bahwa, dengan menolak-bekerjasama, si oknum akhirnya akan menyadari
kesalahannya dan kemudian menghentikan sikap tak adilnya.
2.1 Kedatangan Inggris dan Nasionalisme
India
Awal mula aktivitas Inggris di india
adalah dalam bidang perdagangan yang dilakukan oleh badan niaga EIC (English
East India Company) sejak dibentuk pada tahun 1600 oleh para padagang London.
Badan niaga ini oleh pemerintah kerajaan Inggris diberi hak monopoli
perdagangan di wilayah antara Inggris dengan dunia Timur (India, Indonesia, dan
China) (Suwarno, 2012:106).
Nasionalisme
di India sendiri muncul awalnya bersifat gerakan sosial dan pendidikan. Gerakan
politik baru ada setelah berdiri Indian National Congress (Partai
Kongres India) yang anggotanya terdiri atas golongan intelektual hindu dan
muslim (merupakan ide kebangsaan rakyat India). Gerakan perlawanan India
dilakukan dengan cara yang halus, seperti yang dilakukan Gandhi.
Gerakan
perjuangan Gandhi adalah perlawanan tanpa kekerasan (satyagraha) yaitu ahimsa
(gerakan yang melarang pembunuhan), satyagraha (untuk tidak
bekerjasama dengan penjajah), hartal (pemogokan, tidak berbuat apa-apa
termasuk datang ke tempat kerja), dan swadesi (menggunakan produksi
sendiri). Gerakan perjuangan kemerdekaan ini dipimpin Gandhi sejak tahun 1915
sampai tahun 1947. Kemerdekaan yang diperoleh India pada 1947 bukanlah
kemenangan militer tapi kemenangan atas nama kemanusiaan.
2.2 Masa Anak-anak Mahatma Gandhi
Mohandas Karamchand Gandhi adalah nama
yang diberikan ketika seorang bayi laki-laki dilahirkan di Porbander, sebuah
kota di pesisir pantai yang sekarang dikenal dengan nama Gujarat, India Barat
pada tanggal 2 oktober 1869 (Parekh,
2010:1).
Ayahnya bernama Karamchand Gandhi berasal dari komunitas Hindu Modh adalah
seorang diwan atau perdana menteri dari kerajaan Porbander. Ibunya
bernama Putlibai, berasal dari komunitas Hindu Pranami Vaishnava dan merupakan
istri keempat dari Karamchand Gandhi. Sedangkan 3 istri terdahulunya meninggal
ketika melahirkan bayi (Adams. 2010:8).
Tumbuh dengan ibu yang beriman dan
tradisi agama yang kuat, Mahatma Gandhi muda telah menyerap nilai-nilai
kehidupan yang kelak menjadi dasar hidupnya, diantaranya rasa belas kasihan
terhadap makhluk hidup, vegetarian, puasa untuk pemurnian diri, dan toleransi
antar umat beragama.
Di bulan Mei 1883, Mahatma Gandhi (13
tahun) menikah dengan Kasturbai Makhanji (14 tahun) dalam pernikahan yang
diatur oleh orang tuanya. Pernikahan bagi orang Hindu bukan hal yang sederhana.
Orang tua mempelai pria dan wanita sendiri yang acap kali menrusaknya.
Menyia-nyiakan keberadaan mereka, menyia-nyiakan waktu mereka. Dibutuhkan waktu
berbulan-bulan untuk melakukan persiapan membuat baju dan hiasan-hiasannya
serta mempersiapkan anggaran untuk makan malam (Gandhi, 2009:11). Berdasarkan
kepercayaan pengantin wanita lebih banyak tinggal di rumah orang tua mempelai
wanita dan jauh dari suaminya, Mahatma Gandhi. Pada tahun 1885, Mereka dikaruniai
seorang anak namun hanya bertahan beberapa hari. Pada tahun itu juga ayah dari
Mahatma Gandhi meninggal dunia. Ketika kehidupan mereka terjalin lebih erat
daripada periode-periode lain selama masa pertemanan mereka (Kakar, 2004:15).
2.3 Masa Dewasa Mahatma Gandhi
Mahatma dan Kasturba memiliki 4 anak
lagi yaitu Harilal, lahir tahun 1888; Manilal, lahir tahun 1892; Ramdas, lahir
tahun 1897; dan Devdas, lahir tahun 1900. Walaupun sudah menikah, Mahatma
Gandhi tetap mendapatkan pendidikan SMP dan SMA. Bahkan Beliau melanjutkan
kuliah di Universitas Samaldas, Bhavnagar, Gujarat, walaupun dengan beberapa
kesulitan. Selama kuliah, Beliau tidak merasa senang karena keluarganya
menginginkan Beliau menjadi seorang pengacara.
Tanggal 4 September 1888, saat itu Gandhi
hampir berumur 19 tahun, Gandhi pergi ke London untuk belajar hukum di
universitas London dan berlatih untuk menjadi seorang pengacara. Ketika di
inggris, Mahatma Gandhi tetap mematuhi janjinya kepada ibunya untuk
mempertahankan pantangan Hindu untuk tidak makan daging, alkohol dan
persetubuhan yang tidak sah.
Walaupun demikian Mahatma Gandhi tetap
belajar kebiasaan di Inggris seperti dansa. Namun tetap saja perutnya tidak
bisa memakan daging domba yang disediakan oleh pemilik rumah. Kemudian Beliau
ditunjukkan pada beberapa restauran vegetarian di London. Ia bahkan kemudian
menemukan komunitas vegetarian dan hal ini memberikan pengalaman
berorganisasinya.
Kebanyakan vegetarian yang ia jumpai
adalah anggota dari Theosophical Society yang mempelajari literatur
Buddha dan Hindu. Mereka menyarankan Gandhi untuk membaca Bhagavad Gita.
Namun Gandhi tidak berhenti sampai disana, Beliau membaca tulisan-tulisan
tentang Buddha, Hindu, Kristen, Islam dan Kepercayaan lainnya.
Kemudian Mahatma Gandhi balik ke India
untuk bekerja. namun ia belum mendapatkan sukses dalam pekerjaan hukum di
Bombay. Kemudian setelah menjadi pengajar paruh waktu SMA, beliau kembali ke
Rajkot untuk menulis naskah petisi hidup sederhana untuk penggugat. Namun usaha
ini ditutup paksa oleh pemerintah inggris karena diangap menentang. Dalam
biografinya, Mahatma Gandhi menyebut insiden ini sebagai kegagalan melobi. Kemudian
di tahun 1893, beliau menerima kontrak jangka panjang dengan perusahaan India
untuk dipindahkan ke Natal, Afrika Selatan. Apa yang membuat karir Gandhi
sehingga layak dicatat adalah bahwa ia adalah untuk sejarawan
jalan ke kompleksitas
kehidupan masyarakat India
(Brown, 1974:33).
2.4 Pergerakan Sipil di Afrika Selatan
(1893–1914)
Di afrika selatan, Mahatma Gandhi
merasakan diskrimasinasi bagi warga negara India. Beliau pernah dikeluarkan
dari kereta karena melawan ketika dipindahkan dari kelas 1 ke kelas 3 walaupun
Beliau memiliki tiket resmi kelas 1. Dan banyak lagi kejadian yang Beliau
rasakan sangat mendiskriminasi orang-orang India. Baginya, demokrasi yang
ideal melindungi mencerminkan
pluralitas, terutama menanggapi mereka yang telah dikeluarkan di masa lalu
(Terchek, 1998:42).
Mahatma Gandhi adalah pendiri dari
kongres warga india di Natal dan menuntut beberapa hal kepada pemerintah.
Walaupun tidak berhasil tetapi gerakan ini mendapat perhatian di Afrika
Selatan. Tahun 1906, di Johannesburg Beliau menerapkan pertama kali konsep
kepercayaan satyagraha yaitu protes tanpa kekerasan. Walaupun dengan cara ini
Beliau bersama ribuan warga India lainnya masuk penjara. Beberapa orang yang
berhubungan dengan gerakan ini ditembak atau dibakar identitasnya.
Keliatannya pemerintah Afrika Selatan
berhasil menekan pengunjuk rasa. Namun publik ternyata tergerak hatinya untuk
meminta pemerintah Afrika Selatan untuk berunding dengan Mahatma Gandhi. Ide
perjuangan Gandhi ini telah terbentuk dan konsep satyagraha awal sudah muncul
dalam pergerakan ini.
2.5 Perjuangan Gandhi Untuk Kemerdekaan
India
Pada 18 Juli 1914, setelah bernegosiasi
bagi sebuah penyelesaian baru dengan pemerintah, demi kebaikan bersama Gandhi
meninggalkan Afrika Selatan. Dia berlayar ke Inggris, dan akhirnya kembali
secara permanen ke India pada 9 Januari 1915, dan disambut layaknya seorang
pahlawan. Di bawah tuntunan G.K. Gokhale, seorang politisi kawakan, Gandhi
menghabiskan tahun pertamanya dengan kembali menemukan tanah airnya sendiri
melalang-buana di negeri itu, mempelajari masalah-masalahnya dan mendengar kaum
miskin. Dia sering
sesuai dan masuk akal
yang ia bisa dengan politisi India Dadabhai Naoroji
dan G.K. Gokhale
(Tidrick, 2006:57). Dia kembali lagi mengenal kebutuhan
dan potensi India dan mempelajari bagaimana dia bisa menerapkan
pelajaran-pelajaran satyagraha yang
dipelajari di Afrika Selatan bagi perjuangan India dalam memperoleh kemerdekaan
dari Kerajaan Inggris.
Gandhi mendirikan ashram lagi, di sungai Sabarmati dekat Ahmedabad, di mana dia
tinggal selama enam belas tahun berikutnya. Lebih dari 250 orang pada akhirnya
bergabung dengan komunitasnya, yang
mempraktekkan 14 kaul, termasuk kebenaran, non-kekerasan, selibasi, kemiskinan,
ketidaktakutan, kerja fisik, toleransi terhadap semua agama, dan membuat baju
sendiri. Mereka berdoa bersama, makan bersama, mengolah tanah, menerbitkan
surat kabar, dan menyiapkan diri mereka untuk menderita dan mati dalam
perjuangan tanpa-kekerasan bagi kemerdekaan. Di tahun 1917, seorang petani
nekat dari sisi lain negeri itu memohon Gandhi untuk mengunjungi wilayah pelosok
yang sangat miskin (Champaran) dan membantu petani-petani yang kelaparan dalam
perjuangan mereka melawan tuan-tuan tanah Inggris yang kejam. Gandhi setuju,
melakukan perjalanan yang panjang dengan kereta api, dan diam-diam mengumpulkan
informasi tentang ketidakadilan-ketidakadilan spresifik terhadap para petani.
Dia berharap untuk tinggal satu bulan, tetapi tinggal hampir dua tahun. Suatu
hari, ketika dia sedang menunggang seekor gajah, Inggris menahannya. Dalam satu
malam, berita itu menyebar keseluruh wilayah itu bahwa seorang suci telah
ditahan ketika sedang memperjuangkan hak-hak mereka. Ribuan petani berkumpul di
luar gedung pengadilan untuk mendukung Gadhi. Dia segera dibebaskan, diizinkan
untuk menyelesaikan tugasnya tentang pelanggaran-pelanggaran terhadap para
buruh tani, dan pada akhirnya, pemerintah India meloloskan sebuah hukum
reformasi agraria yang baru untuk melindungi buruh tani yang tertindas. Gandhi
menjadi harapan rakyat India.
Pada 18 Maret 1919, Inggris mengumumkan
bahwa tindakan-tindakan represif yang diberlakukan selama Perang Dunia I
melawan gerakan kemerdekaan India, yang telah membatasi hak-hak sipil, akan
dilanjutkan, walaupun perang telah usai. The Rowlatt Acts menghentikan
kebebasan berbicara, pers dan berserikat, dalam suatu usaha untuk menumpas
ketidakpuasan yang terus meningkat. Gandhi mengumumkan hari berikutnya bahwa ia
telah bermimpi di mana seluruh bangsa India melakukan pemogokan melawan
pemerintah Inggris, dan dia mengundang seluruh bangsa India untuk mewujudkan impiannya
itu. Pada 6 April, sebagai jawaban bagi seruan Gandhi bagi sebuah hartal umum,
yakni sebuah hari doa dan puasa nasional, kurang lebih setiap orang tinggal di
rumah untuk berdoa dan berpuasa dan India tutup selama satu hari. Jutaan orang
berpawai di jalan mengejutkan dan menakjubkan Inggris dan Gandhi. Tiba-tiba,
India bangun. Pemerintah Inggris merespon dengan melakukan apa yang kerajaan
kehendaki- yakni menumpas gerakan itu, menahan pemimpin-pemimpinnya, membunuh
pendemo- pendemo. Minggu berikutnya, serdadu Inggris membantai 379 pendemo
damai dan melukai 1.200 lainnya di kota Amritsar.
Dalam bulan-bulan berikutnya, Gandhi
berdoa sepenuhnya dan memutuskan hubungannya sama sekali dengan kerajaan
Inggris serta membaktikan seluruh sisa hidupnya demi tercapainya kemerdekaan
India melalui cara-cara damai tanpa-kekerasan. Dia menyerukan secara massal
“non-kooperasi tanpa-kekerasan terhadap Inggris, sampai mereka secara damai menyadari
bahwa mereka adalah tuan-tuan di rumah orang lain dan pergi.” Di tahun 1920,
Gandhi mendekati the Indian National Congress untuk mengadopsi strategi
satyagraha demi mencapai kemerdekaan, dan gerakan itu mulai secara resmi. Dari
tahun 1920 sampai 1921, Gandhi menyerukan pembangkangan sipil secara luas
melawan pemerintah Inggris, tetapi setelah sekelompok demonstran secara brutal
membunuh 21 opsir polisi di Chauri Chauri, Gandhi menangguhkan gerakan itu
membuat marah pemimpin-pemimpin protes lainnya. Selama sisa hidupnya, Gandhi
akan bergulat dengan gerakan itu, menyerukan penghentian setiap kampanye bila
ada kekerasan sedikit saja. Pada akhirnya, dia menyesali bahwa orang India
tidak pernah bersungguh-sungguh dengan non-kekerasan sebagaimana yang kehendakinya
dari mereka.
Pada tahun 1922, lebih dari 50.000 orang
India dipenjarakan karena pembangkangan sipil. Ketika Gandhi menghentikan
kampanye itu, Inggris melepas semua tahanan politik, tetapi menahan Gandhi.
Pada 18 Maret 1922 ia dibawa ke hadapan seorang hakim dengan tuntutan menghasut
dan diundang untuk membuat sebuah pernyataan sebelum dia dihukum.
“Non-kooperasi dengan kejahatan adalah tugas yang sama pentingnya dengan
kooperasi dengan kebaikan,” kata Gandhi, dan karena pemerintahan Inggris atas
India adalah sebuah kejahatan, ia nyatakan, dia bersalah karena non-kooperasi
tanpa-kekerasan terhadap kejahatan tersebut. Kemudian ia menantang hakim untuk memberinya hukuman yang setinggi
mungkin atau mengundurkan diri dan bergabung dengan gerakan tersebut. Gandhi
dihukum enam tahun di penjara, hukuman maksimum.
Selama dua tahun berikutnya di balik
terali besi, Gandhi bermeditasi, membaca ratusan buku, menulis surat-surat yang
tak terhitung banyaknya, dan bekerja dengan roda pemintalannya setiap hari. Dia
juga menulis otobiografinya sendiri. Meskipun pemerintah Inggris mencoba untuk
membungkam Gandhi, pemenjaraan terhadap dirinya hanya semakin menempatkan
dirinya di hati semua orang India, yang sekarang memanggilnya, “Mahatma,” yang
artinya “Jiwa Besar.” Gandhi meminta kepada semua orang yang berisiko ditahan
untuk memeluk penderitaan dengan kasih, sebagai jalan menuju kemerdekaan
politik dan spiritual. “Kita harus memperlebar pintu-pintu penjara,” tulisnya,
“dan kita harus masuk ke dalamnya sebagai pengantin pria yang memasuki kamar
pengantin, Kebebasan hendaknya dirayu hanya di dalam tembok-tembok penjara dan
kadang-kadang di tiang gantung, tidak pernah di ruang dewan, pengadilan, atau
ruang sekolah.” Pada 5 Februari 1924, Gandhi dilepaskan dari penjara karena
kesehatannya yang buruk. Pada tahun-tahun berikutnya, ketika sedang meneruskan
dukungannya bagi kemerdekaan, dia banyak memfokuskan waktunya pada mereformasi
kehidupan rakyat India, untuk menyiapkan India bagi datangnya kemerdekaan.
Prioritas utamanya adalah persatuan Hindu-Muslim. Pada satu saat, dia menjalani
puasa 21 hari yang melelahkan bagi rekonsiliasi antar agama dan reformasi, yang
menginspirasi jutaan orang India untuk menghilangkan prasangka buruk di masa
lampau dan mengejar rekonsiliasi. Dia menyerukan penghapusan kasta paling
rendah dari Hinduisme, kasta
tak-tersentuhkan, yang termiskin dari kaum miskin, yang ditakdirkan
sejak lahir hingga mati hanya untuk membersihkan toilet-toilet. Dia
menganjurkan penggunaan roda pemintal setiap hari untuk membuat pakaian
seseorang, dan suatu boikot terhadap pakaian-pakaian Inggris. Dia berkampanye
bagi pengembangan “program-program pembangunan,” yang akan memperbaiki
kehidupan desa bagi masyarakat biasa dan miskin India. Dia mengelilingi negara
itu, menyebarkan ajarannya tentang non-kekerasan dan menginsprasi jutaan orang
India untuk mengubah hidup dan bangsa mereka. Kadang-kadang dia bertemu dengan
viceroy (seseorang yang memerintah sebuah koloni) Inggris yang sedang menjabat
dan akan mengumumkan bahwa waktunya telah tiba bagi Inggris untuk meninggalkan
India. Ratusan ribu orang akan berbondong- bondong melihat dia di mana saja dia
muncul. Jika banyak orang itu ribut dan tak terkendali, dia akan duduk diam
selama berjam-jam, sampai setiap orang benar-benar tenang. Kemudian, dia akan
pergi dengan tenang. Pada 2 Maret 1930, Gandhi menulis kepada viceroy dan
mengumumkan bahwa kecuali jika Inggris mencabut pajak garam yang menyengsarakan
jutaan rakyat India, dia akan memulai sebuah kampanye pembangkangan sipil.
Pada 12 Maret, Gandhi menggelar pawai
240 mil ke kota Dandi yang terletak di pinggir laut. Ribuan orang keluar untuk
menyalami para pengikut pawai, mengejutkan bahkan Gandhi. Setiap hari tekanan
dan kegembiraan memuncak. Pada 6 April, setelah meditasi pagi, Gandhi
membungkuk dan memungut garam illegal. Negara itu bersorak-sorai gembira.
Ratusan ribu orang mulai memungut, membuat, menjual dan mendistribusi garam,
sehingga melanggar pajak garam Inggris dan menyatakan kemerdekaan mereka.
Tindakan Gandhi yang sederhana itu berhasil. Tindakan itu membangkitkan raksasa
yang sedang tidur dan hari-hari pemerintahan Inggris tinggal sedikit.
Dalam sebulan, Inggris menahan dan
memenjarakan 60.000 pemrotes, termasuk semua pemimpin pergerakan. Gandhi
sendiri ditahan pada 14 Mei dan dipenjarakan selama delapan bulan.Pada 20 Mei,
dua ribu orang satyagrahis berjalan menuju tambang garam Dharsana dan mendekati
pintu dalam kelompok-kelompok kecil untuk masuk dan menuntut hak garam mereka.
Saat setiap kelompok pemrotes Gandhi mendekat, serdadu- serdadu Inggris dengan
kejamnya memukuli mereka di kepala dengan tongkat-tongkat baja, mencederai
ratusan dan membunuh beberapa orang dari mereka. Dunia menjadi marah atas
laporan-laporan mengenai serangan keji oleh apa yang disebut kerajaan Inggris
yang “beradab” terhadap para demonstran damai yang tidak bersenjata yang bahkan
tidak menggunakan tangan untuk membela diri. Beribu-ribu orang lagi bergabung
dengan protes itu. Inggris dengan cepat kehilangan kendali dan menjadi lebih
represif. Dalam tahun itu, Inggris memenjarakan lebih dari 100.000 orang India
karena protes damai. Jutaan orang di seluruh dunia mulai berseru agar Inggris
meninggalkan India.
Di bulan Maret 1931, sebagai jawaban
atas tekanan yang memuncak, Inggris melepas semua tahanan politik, mengakui hak
boikot pakaian buatan luar negeri, dan mencabut larangan atas garam
buatan-rumah. Mereka kemudian mengundang Gandhi ke Inggris untuk sebuah
konferensi “Meja Bundar” guna membahas kemungkinan kemerdekaan bagi India.
Gandhi pergi ke London, di sana dia tinggal selama empat bulan dengan Muriel
Lester di Kingsley Hall di bagian East End yang miskin. Sekalipun tidak ada
hasil politik langsung dari usaha-usahanya, Gandhi mampu membawa kasus
kemerdekaan itu bagi jutaan masyarakat Inggris dan Eropa. Dia memenangkan hati
mereka dengan kesederhanaan, kelemahlembutan dan kebenaran. Meskipun
teman-teman seperjuangannya menyimpulkan bahwa konferensi itu adalah sebuah
kegagalan, Gandhi merasa bahwa seseorang tidak boleh menolak bertemu dengan musuhnya.
Satu minggu setelah dia kembali ke India, pada 4 Januari 1932, Inggris melarang
partai Kongres dan memenjarakan semua pemimpin-pemimpinnya, termasuk Gandhi.
Gandhi terus berbicara mengenai penghapusan
kasta tak tersentuhkan Hindu. Pada 20 September, dia memulai sebuah “puasa
hingga mati” di sel penjaranya “bagi penghapusan kasta tak-tersentuhkan.” Dunia
terkejut. Kawan-kawannya, terutama Nehru, berkata bahwa kasta tak-tersentuhkan
telah ada selama ribuan tahun, dan puasa seperti itu sama saja dengan bunuh
diri. Tetapi rakyat India menghormati Gandhi dan mempercayai kebijaksanaannya.
Sebentar saja, pemimpin-pemimpin Hindu di seluruh negeri menerima kasta
tak-tersentuhkan di kuil-kuil mereka untuk pertama kali dalam ribuan tahun.
Hanya dalam beberapa hari, Hinduisme mengalami reformasi karena orang-orang
beriman menghormati Mahatma mereka. Setelah lima hari, Gandhi mengakhiri
puasanya. Dia akan melanjutkan pembelaannya bagi kaum tak-tersentuhkan selama
sisa hidupnya, dan Hinduisme tidak akan pernah sama (seperti dulu lagi).
Gandhi dikeluarkan dari penjara bulan
Mei 1933. Dia dan Kasturbai memutuskan untuk memindahkan rumah mereka ke
wilayah termiskin di India, sebuah kampung kecil yang terpencil bernama Wardha,
yang terletak langsung di tengah-tengah India. Kemudian ia memulai tur keliling
negeri sepenuh waktu dan berkampanye bagi reformasi kehidupan desa India.
Selama enam tahun berikutnya Gandhi mengelilingi negara itu, berbicara dengan
jutaan orang, mengentas kemiskinan dan buta huruf, mendesak penggunaan roda
pemintalan, mengumpulkan banyak uang guna mendukung kaum hina-dina, yang
sekarang ia sebut “Harijans,” atau Anak-anak Tuhan.” Pada beberapa pawai, lebih
dari dua ratus ribu orang muncul untuk melihat Gandhi menyalakan korek api dan
membakar tumpukan-tumpukan besar pakaian buatan Inggris.
Selama bertahun-tahun, dia membangun apa
yang disebut sebuah “kampung model,” atau “Sevagram” yang artinya “Kampung
Pelayanan,” di Wardha, yang akan menjadi rumahnya selama sisa hidupnya. Dia
memilih lokasi itu karena kemiskinannya yang ekstrim dan karena daerah ini
didiami hampir seluruhnya oleh kaum hina-dina. Dia berharap ini akan menjadi
sebuah tempat untuk menyepi. Yang terjadi adalah sebaliknya, kampung itu dengan
cepat menjadi situs peziarahan, dan puluhan ribu orang mengunjungi kampung itu
selama bertahun-tahun. Rumahnya adalah sebuah gubuk kecil yang terbuat dari
lumpur dan bambu yang berisikan roda pemintal, sebuah tikar jerami, sebuah meja
tulis yang rendah dan dua rak untuk beberapa buku. Dia bangun untuk berdoa pada
pukul 04.00 setiap pagi, dan hanya makan buah, kacang dan sayur-sayuran.
Sebagaimana sebelumnya, dia dan teman-temannya membuat pakaian mereka sendiri,
menanam pangan sendiri, dan menjalankan sekolah mereka, menerbitkan surat kabar
mereka sendiri, mengumpulkan dana bagi kaum termiskin, dan saling berbagi
segala sesuatu bersama-sama. Pernah ketika dia mulai masa pemenjaraannya, dia
diminta untuk menulis pekerjaannya dan menulis “petani dan penenun.” Meskipun
seorang pengacara, politisi dan jurnalis, Gandhi melihat dirinya sebagai orang
miskin yang sederhana, yang hidup menyepi dan miskin, berbakti pada
teman-temannya dan perjuangan untuk keadilan dan perdamaian.
Sewaktu dunia terjerumus lagi dalam
peperangan, Gandhi terus memperjuangkan non- kekerasan dan
alternatif-alternatif damai terhadap perang. Ketika perang mulai di tahun 1939,
Gandhi terduduk dan menangis. Sekalipun dia menentang kaum Nazi, dia juga menolak
peperangan dan berbicara menentang perang di mana-mana, menyerukan perlawanan
tanpa-kekerasan terhadap Hitler. Pendiriannya adalah salah satu dari beberapa
suara di dunia yang menentang Perang Dunia II. Di tahun 1940, Gandhi
meninggalkan Partai Kongres ketika mereka memutuskan untuk mendukung Inggris
dalam perang. Dia bergabung kembali di tahun berikutnya setelah Churchill
menolak tawaran Partai Congress untuk membantu melawan kaum Nazi. Gandhi
mengumumkan berkali-kali bahwa jika Sekutu benar-benar membela demokrasi,
mereka harus segera memberikan kemerdekaan kepada India. Pandangan publiknya
menentang perang lebih mengancam Inggris daripada perjuangannya bagi
kemerdekaan, dan Pemerintah Inggris, yang dipimpin Churchill, sejak saat itu
semakin membenci Gandhi.
Pada 8 Agustus 1942, Gandhi menyerukan
kampanye pembangkangan sipil yang baru melawan pemerintahan Inggris. Hari
berikutnya, Inggris menahan dia dan istrinya. Kerusuhan pecah di seluruh
negeri. Di awal 1943, Gandhi menjalani puasa 21 hari guna menentang baik
imperialisme Inggris dan kekerasan India. Dia hampir membahayakan nyawanya.
Pada 22 Februari 1944, istri tercinta Gandhi yaitu Kasturbai meninggal dalam
pelukannya di penjara, setelah sakit yang lama. Mereka telah menikah selama
enam puluh-dua tahun. Gandhi menguburkan abunya di dalam tanah di penjara.
Beberapa bulan sebelumnya, sekretaris Gandhi, salah satu teman terdekatnya,
juga telah meninggal dalam penjara. Musim semi itu, setelah Gandhi terserang
malaria dan hampir meninggal, Inggris melepasnya pada 6 Mei 1944. Secara
keseluruhan, Gandhi ditahan dua belas kali selama hidupnya dan menghabiskan
hampir enam tahun di balik terali besi (2.089 hari di penjara-penjara India dan
249 hari di penjara Afrika Selatan).
Dengan hampir berakhirnya perang dan
semakin jelas bahwa Inggris akan menarik diri dari India, politisi-politisi
Muslim menuntut agar India dibagi berdasarkan garis agama untuk menciptakan
Pakistan Timur dan Pakistan Barat. Kekerasan dan kerusuhan antara umat Hindu
dan Muslim merebak di seluruh negeri. Gandhi memutuskan untuk melakukan
perjalanan di salah satu pinggiran India yang termiskin, dimana kebanyakan
kerusuhan dan pembantaian brutal terjadi, berupaya menyerukan persatuan dan
non- kekerasan. Selama hampir enam bulan, Gandhi berjalan melintasi Noakhali,
salah satu wilayah terpencil India, yang terdiri dari dua setengah juta orang
Muslim yang hidup dan menderita dalam keputusasaan dan kemiskinan. Sekalipun
dia secara relatif kurang dikenal di provinsi terpencil ini, dimana tak
seorangpun mendengar kabar apapun dari dunia luar, dalam beberapa minggu,
daerah itu merayakan kehadiran seorang mahatma yang berjalan telanjang kaki
dari kampung ke kampung meneriakkan non-kekerasan dan persatuan religius.
Gandhi akan tinggal semalam dengan petani pertama yang menawarkannya tumpangan.
Keseluruhannya, dia mengunjungi 49 desa. Dia menginspirasi umat Muslim untuk
menerima kembali umat Hindu yang telah meninggalkan daerah itu. Dalam beberapa
bulan, seluruh daerah itu melucuti senjata dan menjadi damai. Kemudian, setelah
kematiannya, sahabat-sahabat Gandhi menggambarkan bulan-bulan di Noakhali
sebagai periode paling mukjizat dalam kehidupan Gandhi. Dia berjalan tanpa
senjata sebagai seorang peziarah perdamaian yang masuk ke zona perang yang
sedang kacau-balau, seorang rasul non-kekerasan di tanah yang dikuasai
kekerasan. Setiap orang terpukau oleh Gandhi. Waktu itu dia berusia tujuh
puluh-delapan tahun.
Dengan berakhirnya perang, Amerika
menjatuhkan bom-bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, membakar seratus empat
puluh ribu orang dalam dua ledakan dahsyat yang cepat. Gandhi mengecam bom
atom, dan menyerukan pada kekuatan-kekuatan dunia agar tidak menggunakan
senjata itu lagi. Dia adalah suara agamawi yang paling berpengaruh di dunia
yang melawan pengembangan senjata nuklir Amerika Serikat. Dia menyerukan pada
negaranya sendiri agar tidak pernah menciptakan atau menggunakan senjata
seperti itu. Sampai mendekati ajalnya, berulang kali dia berkata bahwa
kepemilikan senjata nuklir berisiko menghancurkan planet. Seruannya tentang
perlucutan senjata nuklir menjadi pesan spiritual utamanya hingga kematiannya.
Setelah Churchill dikalahkan, pemerintah
Inggris yang baru memutuskan untuk memberi kemerdekaan kepada India dan
menerima tuntutan-tuntutan kaum Muslim untuk menciptakan negara Muslim Pakistan
dan Pakistan Timur (sekarang Bangladesh) yang terpisah. Pada 15 Agustus 1947,
kemerdekaan diberikan. Gandhi menghabiskan hari itu dalam kesendirian, berdoa,
dan berpuasa bagi persatuan dan non-kekerasan. Tetapi ketika jutaan pengungsi
Muslim melarikan diri ke dua Pakistan dan jutaan orang Hindu meninggalkan
Pakistan Timur dan Pakistan Barat menuju India, negeri itu dilanda kekerasan.
Ratusan ribu orang dibantai hanya adalah beberapa bulan.
Gandhi mencari suatu jalan untuk
menghentikan pembunuhan. Dia memutuskan untuk pindah ke dalam rumah seorang
Muslim yang miskin di Calcutta, wilayah yang kekerasannya paling buruk, dan
menyatakan akan berpuasa sampai mati hingga kekerasan berhenti. Dalam 73 jam,
ribuan umat Hindu dan Muslim tidak hanya menghentikan kekerasan, tetapi mulai
berpawai dan berdoa bersama. Ketika Gandhi hampir meninggal, Calcutta terdiam
dan setiap orang berdoa bagi perdamaian. Gandhi mengakhiri puasanya. Kekerasan
telah berhenti karena tak seorangpun menginginkannya menderita karena apa yang
mereka lakukan. Gandhi telah membuat sebuah mukjizat lagi. Paling kurang,
selama tahun-tahun yang buruk itu, hampir satu juta orang India terbunuh ketika
negeri itu terpecah. Gandhi kemudian pindah ke Delhi untuk mencoba menghentikan
kerusuhan-kerusuhan di sana. Pada 13 Januari 1948, ia memulai lagi puasa sampai
mati. Ini adalah puasa publiknya yang ke sebelas. Parade-parade besar
diorganisir dan pertemuan-pertemuan antar para politisi dan pemimpin agama
setempat diadakan, dan pada hari ke enam, lima puluh orang Muslim, Hindu dan
Sikh yang terkemuka menandatangani perjanjian damai di hadapan Gandhi. Tetapi
Gandhi berkata bahwa ini belum cukup, dan dia mulai menangis. Mereka menegaskan
bahwa komitmen persatuan Hindu-Muslim adalah sungguh-sungguh. Ketika dia
mendengar permohonan mereka, dia memutuskan untuk mengakhiri puasanya. Hari
berikutnya, pada 20 Januari, sebuah bom meledak sewaktu dia sedang
menyelenggarakan pertemuan doa malam di alam terbuka. Disaat banyak umat Muslim
membencinya sebagai seorang pemimpin Hindu, banyak umat Hindu fanatik
membencinya karena membela dan melindungi umat Muslim. Pada 29 Januari, dia
berkata kepada seorang teman, “Jika seseorang akan mengakhiri hidupku dengan
menembakkan sebuah peluru pada tubuhku, dan aku menerima peluru itu tanpa
mengerang dan mengakhiri napasku dengan menyebut nama Tuhan, maka dengan itu
saja telah kubuat klaimku yang baik.”
Gandhi merasa dia akan dibunuh. Gandhi merasa bahwa dia telah gagal
meyakinkan India bahwa non-kekerasan adalah satu-satunya cara menuju
kemerdekaan. Pemisahan negeri, pembantaian, kerusuhan, kebencian yang dalam dan
perang dunia telah membuat dia sedih dan depresi. Tapi dia meneruskan pekerjaan
umumnya bagi perlucutan senjata, dan berencana mengadakan perjalanan ke
Pakistan. Pada 30 Januari 1948, jam 5.10 sore, sewaktu ia berjalan melintasi
taman menuju upacara doa malamnya, Gandhi ditembak dan mati. Dia jatuh ke tanah
meneriakkan nama Tuhan.
“Aku tidak memiliki sesuatu yang baru
untuk diajarkan kepada dunia,” tulis Gandhi tak lama sebelum ia meninggal.
“Kebenaran dan non-kekerasan sama tuanya dengan bukit- bukit. Semua yang
kulakukan adalah mencoba bereksperimen dengan keduanya pada skala yang sebesar
mungkin semampuku. Dengan melakukan hal itu, aku kadang-kadang membuat
kesalahan dan belajar dari kesalahanku itu. Kehidupan dan masalahnya telah
menjadi eksperimen yang begitu banyak buatku dalam praktek kebenaran dan non-
kekerasan.”
Memorial Gandhi di New Delhi berisi
prasasti bertuliskan “He Ram” atau bisa diartikan “Oh God”. Banyak yang percaya
bahwa itu adalah kata terakhir yang diucapkan oleh Mahatma gandhi ketika
tertembak.
2.6 Ajaran Mahatma Ghandi
Mohandas Karamchand Candhi berpendapat
bahwa penbaharuan mausia akan nenimbulkan perubahan keadaan politik. Cita-cita
politik harus dicapai dengan pembaharuan manusia yang akan memaksa keadaan
(politik) berubah nenurut kehendak manusia itu. Ajaran-ajaran dari Gandhi ialah
:
a. Swadeshi,
segala yang ada didunia ini telah ditetapkarn oleh alam. Karena itu nanusia
atau Negara wajib tunduk dan nengakui apa yang telah ditetapkan oleh alam itu.
Tiap bangsa, tiap negara telah nenerima penetapan alam, tentang kedudukan dan
tugasnya masing-masing. Karena itu tidaklah boleh untuk urencampuri persoalan
orang lain atau negara lain. Imperialisme adalah pelanggaran akan hal ini,
karena itu imperialisme tidak diperkenankan. Tiap bangsa harus berusaha
mengembangkan negaranya dengan kekuatan sendiri yang telah diterimanya dari
aIam. Karena itu gerakan swadeshi menganjurkan rnenenun dan memakai pakaiannya
sendiri dan melarang buatan Negara asing (Inggris). Swadeshi berarti memboikot
terhadap segala macam buatan penjajah sekaligus mempertebal nasionalisme.
b. Satyagraha,
manusia harus memegang teguh kebenaran dan menolak apa yang tidak sesuai
denngan kebenaran. Jika manusia tahu bahwa barang sesuatu adalah tidak benar,
maka ia janganlah mau memgerjakannya atau ikut mengerjakannya. Satyagraha juga
disebut non kooperasi, artinya menolak terhadap apa yang dianggapnya tidak
benar. Jika pemerintahan Inggris dianggapnya tidak benar, maka orang harus non
kooperasj terhadapnya atau dengan perkataan lain harus tidak mau bekerja sama
dengan penjaiah.
c. Ahimsa,
menentang dengan kekuatan berarti melayani apa yang ditantang itu. Jika apa
yang hendak ditantang itu dianggap sepi saja maka itu akan kehilangan
kekuatannya. Maka yang tidak menentang atau tidak melayani akan nenang. Musuh
semakin lama semakin bosan dan lelah. Ahimsa berarti tidak berbuat apa-apa,
tidak karena takut tetapi karena jiwa yang lebih luhur. Ahimsa berarti
nengalahkan lawan dengan tidak nelawan, tetapi dengan kekuatan batin (non violence).
d. Hartal,
hartal berarti berkabung karena ada hejadian yang menyedihkan. Hartal iuga
nerupakan tanda protes atau tidak setuju terhadap barang sesuatu yang dipandang
tidak baik. Sebagai tanda tidak setuju mereka akan tidak berbuat apa-apa atau
mogok.
Terbukti bahwa swadeshi, satyagraha,
ahimsa, dan hartal merupakan senjata Bangsa India yang sangat sakti dalam
perjuangannya terhadap Inggris untuk mencapai kemerdekaan India. Gandhi adalah
pemimpin India yang terbesar. Bagi rakyat jelata india, Gandhi dianggap seorang
Nabi, seorang Mahatma atau Imam Mahdi.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Awal
mula aktivitas Inggris di india adalah dalam bidang perdagangan yang dilakukan
oleh badan niaga EIC (English East India Company) sejak dibentuk pada tahun
1600. Mohandas Karamchand Gandhi lahir pada tanggal 2 oktober 1869. Ia mengawali karirnya sebagai seorang
pengacara di Afrika Selatan. Gandhi mengadakan banyak pawai dan gerakan-gerakan
anti kelerasan. Gandhi memutuskan hubungannya dengan kerajaan
Inggris dan tercapainya kemerdekaan India melalui cara-cara damai
tanpa-kekerasan. Pada 15 Agustus 1947 Inggris memberikan kemerdekaan untuk
india. Pada 30 Januari 1948, jam 5.10 sore, sewaktu ia berjalan melintasi taman
menuju upacara doa malamnya, Gandhi ditembak dan mati. Ajaran-ajaran Mohandas
Karamchand Gandhi yaitu; swadeshi, satyagraha, ahimsa, hartal.
3.2 Saran
Penulis memberikan saran kepada pembaca bahwa perjalanan hidup seorang
manusia agung bernama Mahatma Gandhi ini diharapkan menginspirasi kehidupan
seluruh manusia di bumi ini. Bahwa segala sesuatu bisa diselesaikan dengan
tanpa kekerasaan, dengan mengutamakan perdamaian dan kebenaran dalam
menjalankan kehidupan ini. Kita hidup dalam bumi yang sama tentunya harus bisa
saling menghargai dan tolong menolong. Jika tidak maka kehidupan ini akan
dipenuhi dengan kekacauan karena kita saling menyalahkan orang lain. Tentunya
bumi ini akan lebih baik jika kita bisa duduk bersama untuk memecahkan sebuah
masalah. Tanpa menggunakan kekerasaan, niscaya semua masalah bisa terpecahkan
bersama.
DAFTAR RUJUKAN
Adams, Jad. 2010. Gandhi: Naked Ambition. London: Clays Ltd.
Brown, J. M. 1974. Gandhi's Rise to Power: Indian Politics 1915-1922. New York:
Alden & Mowbray Ltd.
Gandhi, M. K. 2009. Mahatma Gandhi: Sebuah Autobiografi. Cetakan 1. Terjemahan
Andi Tenri. Yogyakarta: Narasi.
Kakar, Sudhir. 2005. Gandhi, Cintaku. Cetakan 1. Esthi A.
Budihabsari. Bandung:
Qanita.
Kidrick, Kathryn. 2006. Gandhi: A political And Spiritual Life.
London: I.B.Tauris &
Co. Ltd.
Parekh, Bikhu. 2010. Gandhi. Toronto: Sterling publishing
Co., Inc.
Suwarno. 2012. Dinamika Sejarah Asia Selatan. Yogyakarta: Ombak.
Terchek, R. J. 1998. Gandhi: Struggling for Autonomy. Boston
Way: Rowman &
Littlefield, Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar